Dunia pendidikan saat ini mengalami tantangan yang besar dalam menghadapi era milenial. Arus pengetahuan yang mengalir begitu cepat dalam jumlah yang masif menuntut para milenial untuk beradaptasi dalam perubahan kultur yang berpusat pada penggunaan teknologi. Indonesia sebagai salah satu pusat ekonomi yang berpengaruh di Asia Tenggara memiliki ancaman yang sama dengan negara-negara tetangga dalam menghadapi derasnya arus informasi ini, yaitu peningkatan kualitas pendidikan. Kualitas pendidikan yang baik sangat berperan dalam pembangunan dan kemajuan suatu bangsa terlebih menghadapi daya saing tenaga kerja yang saat ini tidak lagi mengenal batas ruang dan waktu. Pendidikan formal mulai dari jenjang SD, SMP, SMA dan Perguruan Tinggi yang sejatinya menjadi pondasi untuk mencipatakan sumber daya manusia yang berkualitas ternyata belum cukup berperan dalam peningkatan kualitas pendidikan yang ada. Hal ini tercermin dalam laporan PISA (Programme for International Students Assessment) 2015(1) yang dirilis pada 6 Desember 2016 dimana Indonesia menduduki peringkat 62 dari 72 negara terkait kualitas sistem pendidikannya. Kondisi inilah yang mendasari perlunya penerapan strategi lain untuk mendorong proses pembelajaran yang lebih efektif sehingga kualitas pendidikan di Indonesia dapat meningkat.
Budaya Informasi di Indonesia
Indonesia pada zaman kemerdekaan setelah tahun 1945 memiliki kondisi pendidikan yang sulit dimana akses terhadap pengetahuan hanya terbatas pada media buku. Tidak heran bila pada saat itu muncul slogan “Buku adalah jendela dunia”. Seseorang yang ingin mendapatkan informasi dan pengetahuan mau tidak mau harus memiliki buku. Kondisi tersebut sangatlah kontras bila dibandingkan dengan kondisi saat ini dimana buku bukan lagi satu-satunya jendela dunia, tapi teralihkan oleh mesin pencari seperti google. Melalui kemajuan teknologi internet, akses terhadap informasi menjadi sangat mudah yang dapat diakses oleh siapa saja, dimana saja serta kapan saja.
Metode Pembelajaran Kolaboratif
Masa keterbukaan informasi saat ini erat kaitannya dengan kultur anak muda milenial yang selalu haus akan informasi terbaru. Melalui smartphone canggih dalam genggaman mereka, informasi dengan mudah didapat baik informasi yang sifatnya positif maupun informasi yang sifatnya negatif. Dengan adanya kemajuan teknologi informasi ini, perubahan pola pembelajaran juga memerlukan penyesuaian, yaitu dengan menerapkan metode pembelajaran kolaboratif (collaborative learning). Metode pembelajaran kolaboratif merupakan suatu metode pembelajaran dimana para siswa bekerja sama dalam kelompok-kelompok kecil untuk mencapai tujuan yang sama(2).
Ide mengenai metode pembelajaran kolaboratif berawal dari perspektif filosofi terhadap konsep belajar, yaitu untuk dapat belajar secara efektif seseorang harus memiliki pasangan. Lebih lanjut ide ini dijabarkan oleh John Dewey pada tahun 1916 dalam sebuah buku Democracy and Education yang menjelaskan bahwa kelas merupakan cermin masyarakat dan berfungsi sebagai laboratorium untuk belajar tentang kehidupan nyata. Pemikiran Dewey yang utama tentang pendidikan (Jacob et al., 1996), adalah:
- Siswa hendaknya aktif, learning by doing,
- Belajar hendaknya didasari motivasi intrinsik (keinginan sendiri),
- Pengetahuan adalah berkembang, tidak bersifat tetap,
- Kegiatan belajar hendaknya sesuai dengan kebutuhan dan minat siswa,
- Pendidikan harus mencakup kegiatan belajar dengan prinsip saling memahami dan saling menghormati satu sama lain, artinya prosedur demokratis sangat penting,
- Kegiatan belajar hendaknya berhubungan dengan dunia nyata dan bertujuan mengembangkan dunia tersebut.
Prinsip utama dalam pembelajaran kolaboratif bahwa masing-masing individu tidak mendapatkan pembagian tugas melainkan bersama-sama menyelesaikan suatu tugas untuk mencapai tujuan yang sama dimana setiap individu memiliki latar belakang kemampuan yang berbeda. Dalam hal ini informasi dan pengetahuan akan dibentuk serta semakin berkembang melalui kelompok belajar tersebut.
Pemanfaatan Teknologi Informasi dalam Implementasi Pembelajaran Kolaboratif
Kekuatan internet dapat dimanfaatkan secara maksimal bagi peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia. Keunggulan ini dapat melengkapi metode pembelajaran konvensional yang awalnya hanya berkutat pada pertemuan tatap muka di kelas secara satu arah, menjadi metode pembelajaran kolaboratif secara online. Dengan menggabungkan kelebihan dari teknologi informasi serta metode pembelajaran kolaboratif maka akan melahirkan suatu metode pembelajaran efektif yang diharapkan dapat menghasilkan kualitas pendidikan yang semakin baik. Implementasi pembelajaran kolaboratif dengan memanfaatkan teknologi informasi sudah dilakukan di beberapa sektor baik di sektor akademisi maupun di sektor pemerintah dan swasta. Implementasi pembelajaran kolaboratif secara online ini ada yang bersifat terbuka untuk beragam kalangan dan memiliki istilah tersendiri, yaitu MOOC (Massive Open Online Course). Merujuk pada laporan hasil survey DailySocial.id pada tahun 2017(3), disebutkan bahwa dari 1023 orang reponden sebanyak 56.11% responden sudah mengenal metode pembelajaran dengan MOOC. Dari jumlah tersebut 79.77% reponden sudah pernah bergabung dalam situs pembelajaran MOOC lokal dan 78.30% pernah bergabung dalam situs pembelajaran MOOC internasional. Beberapa contoh situs yang memanfaatkan MOOC untuk mendukung pembelajaran kolaboratif adalah sebagai berikut:
Situs MOOC | Basis Lokasi | Penyajian konten | Dibuat |
IndonesiaX.co.id | Lokal | Teks & Video | April 2015 |
Kelase.com | Lokal | Teks & Video | Juni 2012 |
Dicoding.com | Lokal | Teks & Interaktif | Agustus 2014 |
Sekolahkoding.com | Lokal | Teks & Video | November 2014 |
FOCUS Fisipol Universitas Gajah Mada | Lokal | Teks & Video | Agustus 2016 |
MOOCs Universitas Terbuka | Lokal | Teks & Video | Mei 1995 |
UCEO Universitas Ciputra | Lokal | Teks & Video | Agustus 2013 |
Khanacademy.org | Internasional | Teks & Video | Maret 2006 |
Udemy.com | Internasional | Teks & Video | Agustus 2009 |
Edx.org | Internasional | Teks & Video | November 2011 |
Udacity.com | Internasional | Teks & Video | Januari 2012 |
Coursera.org | Internasional | Teks & Video | Januari 2012 |
Opencourseware.com | Internasional | Teks & Video | Juli 2000 |
Duolingo.com | Internasional | Teks & Interaktif | Januari 2010 |
Strategi pembelajaran kolaboratif dengan menggabungkan teknologi informasi akan menjadi katalisator untuk mempercepat proses pembelajaran dengan cara yang lebih efektif. Dengan bantuan teknologi informasi, hambatan untuk mendapatkan akses informasi dapat diminimalisir bahkan memberikan banyak kelebihan dan mendorong terciptanya inovasi baru. Pemanfaatan teknologi informasi dalam pembelajaran kolaborasi akan mengadopsi komponen penting revolusi industri 4.0, yaitu konektivitas, otomatisasi perangkat jaringan, Internet of Things (IoT), analisis big data, komputasi awan dan keamanan cyber. Melalui kecanggihan ini, proses pembelajaran kolaborasi menjadi tidak terbatas pada ruang, waktu serta media yang digunakan.
Implementasi metode pembelajaran kolaboratif dengan memanfaatkan teknologi informasi yang efektif pada akhirnya akan membentuk lingkaran sosial pembelajar yang saling melengkapi satu sama lain. Seperti pada konsep yang telah disebutkan sebelumnya, untuk mengerjakan suatu tugas atau proyek bersama, mereka akan saling terhubung dalam komunitas secara online dan dapat melakukan sharing informasi mengenai hasil pekerjaan sesuai kemampuan masing-masing.
PENUTUP
Kemajuan teknologi informasi yang dimulai dengan munculnya revolusi industri 4.0 menjadi titik balik penting bagi kebangkitan pendidikan di Indonesia. Persaingan untuk mendapatkan sumber daya manusia yang berkualitas harus dimulai dari perbaikan metode pembelajaran. Strategi pembelajaran kolaboratif dengan dukungan teknologi informasi akan memberikan perubahan yang baik karena diselaraskan dengan kultur milenial yang ingin selalu terhubung dengan informasi terkini. Proses pembelajaran yang awalnya hanya fokus pada pembelajaran formal melalui media tatap muka ditranformasikan menjadi metode pembelajaran kolaboratif secara online dengan konsep MOOC (Massive Open Online Course). Pada akhirnya konsep pembelajaran kolaboratif dengan memanfaatkan teknologi informasi berbasis 4.0 akan menumbuhkan minat dan ketertarikan para siswa karena mereka akan terhubung satu sama lain dengan para siswa lainnya. Kecenderungan milenial untuk selalu ingin up-to-date terhadap pengetahuan baru akan diimbangi dengan perkembangan sharing informasi dan diskusi dalam bentuk kelompok belajar di komunitas online tersebut.
Referensi Data Pendukung:
- https://www.oecd.org/pisa/PISA-2015-Indonesia.pdf
- https://kurniawanbudi04.wordpress.com/2013/05/27/collaborative-learning
- https://dailysocial.id/post/survei-mooc-di-indonesia